Airlangga Gerakkan Konsumsi, Rapor Tertinggi Perputaran Uang Capai Rp154,5 Triliun
Simakdulu, JAKARTA – Kebijakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sukses menggerakkan perekonomian nasional. Hasilnya, konsumsi naik dengan diikuti tingginya peredaran uang yang mencapai Rp154,5 Triliun. Rapor tersebut semakin optimal, apalagi ada kebijakan pelarangan mudik Lebaran 2021 pada beberapa daerah di Indonesia.
“Konsumsi semakin baik. Salah satu indikatornya adalah tingginya peredaran uang yang mencapai Rp154,5 Triliun. Jumlah tersebut sangat bagus. Sebab, tingginya konsumsi akan menarik pergerakan di sektor industri secara menyeluruh,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Peredaran uang yang mencapai Rp154,5 Triliun tersebut naik signifikan 41,5% dari periode sama tahun lalu. Apalagi, saat ini momentumnya ada Lebaran 2021 dan pencairan uang Tunjangan Hari Raya (THR). Dengan diakselerasi THR, pemerintah sebelumnya memprediksi adanya dorongan ekonomi sebesar Rp151,2 Triliun.
Menerima THR dengan potensi perputaran uang Rp151,2 Triliun, member BPJS Tenaga Kerja diprediksi mampu memantik konsumsi Rp100 Triliun. Sebab, jumlah member ini mencapai sekitar 20 Juta Jiwa dengan asumsi pencairan THR sekitar Rp20 Juta. Selain swasta, lalu bagaimana dengan potret aparat sipil negara (ASN)?
Untuk ASN, TNI, dan Polri diprediksi memberikan dorongan ekonomi hingga Rp43 Triliun. Jumlah mereka mencapai 4,3 Juta orang dengan jumlah THR per orang Rp5 Juta. Selain itu, ada juga gaji ke-13 yang diterima dengan kisaran Rp5 Juta. Airlangga mengatakan, konsumsi yang didorong dari THR dan gaji ke-13 hanya 70% saja.
“Perekonomian bisa terakselerasi dengan baik. Kondisi ini bisa memunculkan banyak peluang berusaha. Kalau semuanya bagus, target pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa tercapai dengan optimal,” terang Airlangga.
Lebih lanjut, kebijakan perekonomian dan penanganan Covid-19 mampu melejitkan nilai konsumsi di wilayah Jabodetabek. Pada wilayah Jabodetabek, peredaran atau penarikan uang tunai mencapai Rp34,8 Triliun. Naik signifikan hingga 61% dari skala nasional. Mereka yang tidak bisa mudik membelanjakan uangnya di zonasi Aglomerasi sehingga membuatnya makin positif.
“Konsumsi tinggi terjadi di wilayah Jabodetabek hingga menyentuh angka Rp34,8 Triliun. Mereka yang tidak mudik lalu membelanjakan uangnya di wilayah tersebut. Kemudian kalau dilihat dari pertumbuhan secara parsial, sektor-sektor pertanian, pengadaan listrik, air, informasi komunikasi, keuangan, dan kesehatan sudah positif,” paparnya.(***)
297 total views, 1 views today