Kelapa Sawit Airlangga Jadi Mesin Besar Penghasil Pendapatan Negara

JAKARTA – Support Manteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mampu mendorong kelapa sawit sebagai mesin besar penghasil pendapatan negara. Selain volumenya, kelapa sawit memberi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan kedua sebesar 7,07%. Kelapa sawit juga memberi slot dengan porsi hingga 14,9% atas ekspor non migas.

“Kelapa sawit Indonesia semakin produktif. Kontribusinya semakin nyata terhadap negara. Dengan potensi yang dimiliki dan kebijakan yang diterapkan, kami optimistis pendapatan negara akan semakin besar,” ungkap Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar tersebut.

Menjadi mesin ekonomi potensial, kelapa sawit memberikan kontribusi PDB bagi Indonesia hingga 7,07% pada triwulan kedua 2021. Angka tersebut mengalami lonjakan akibat low based effect. Adapun rata-rata nilai ekspor per tahunnya mencapai USD21,4 Miliar. Artinya, kelapa sawit memiliki kontribusi hingga 14,9% terhadap ekspor non migas Indonesia.

“Kelapa sawit memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan ekspor kelapa sawit juga ikut menopang posisi ekspor non migas Indonesia. Dengan kebijakan yang kami terapkan, nilainya tentu akan semakin optimal,” terang Airlangga yang menjabat Ketua KPC-PEN.

Lebih lanjut, kelapa sawit memiliki estimasi kontribusi terhadap penerimaan pajak Rp14 Triliun hingga Rp20 Triliun. Artinya, kelapa sawit juga memiliki peran penting terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Airlangga menambahkan, kelapa sawit lengkap dengan industrinya menjadi penyedia lapangan kerja besar.

“Industri kelapa sawit mampu memberikan kesempatan bekerja bagi jutaan masyarakat Indonesia. Menggerakan perekonomian di berbagai daerah. Ada akses ekonomi dan kesejahteraan besar yang dinikmati masyarakat Indonesia,” lanjut Airlangga lagi.

Saat ini industri kelapa sawit mampu menyerap 5,2 Juta orang masyarakat Indonesia. Industri ini menghidupi 22 juta orang. Kelapa sawit bahkan mampu memainkan perannya sebagai penjaga kedaulatan ekonomi dan teritorial perbatasan. “Kelapa sawit memiliki multiplier effect yang besar. Ikut menopang stabilitas negara,” papar Airlangga.

Optimalnya nilai kelapa sawit tidak lepas dari kualitas unggul yang ditawarkannya. Pada 2020 saja, rasio valume ekspor produk hilir dengan CPO dan CPKO mencapai 85%. Komposisinya lebih dari 160 jenis produk hilir yang juga diproduksi secara domestik. Beberapa diantaranya kebutuhan pangan, nutrisi, bahan kimia, hingga biodiesel. Untuk nilai sektor kelapa sawit mencapai Rp750 Triliun per Tahun.(*)

 646 total views,  1 views today