Market Percaya Pemerintah, Kebijakan PPKM Berikan Impact Positif Bagi Ekonomi
Simakdulu, JAKARTA – Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dipercaya pasar akan memberi impact positif terhadap perekonomian. Kinerja pasar dijamin tidak terpengaruh pembatasan kegiatan masyarakat sepanjang 11-25 Januari 2021. Sebab, pengecualian diberikan pada sektor esensial. Belum lagi, faktor eksternal yang diberi wild card tetap beroperasi penuh.
Rasa pesimistis potensi tarikan negatif PPKM terhadap ekonomi lenyap. PPKM justru dipercaya sebagai pengungkit perekonomian. Dikombinasikan dengan vaksinasi Covid-19, PPKM menjadi alat pemutus mata rantai Covid-19. Chief Economiat Tanam Duit Ferry Latuhihin mengungkapkan, kebijakan PPKM dinilai pelaku pasar bukan gangguan. Justru makin menguatkan perekonomian.
“Pelaku pasar mempercayai kebijakan pemerintah. Semua pasti untuk kebaikan. Kebijakan PPKM tidak akan mengganggu ekonomi, tapi justru sebaliknya. PPKM menjadi bagian penguatan ekonomi,” ungkap Ferry.
PPKM sebenarnya turunan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Implementasi PSBB sebelumnya memberi impact ekonomi jangka panjang yang kompetitif. Pada Desember 2020, DMI sudah berada di level 51,3. Padahal, pada bulan sebelumnya masih berkutat 50,6. Selain penanganan Covid-19 yang sistematis, stabilitas pasar juga ikut ditunjang faktor eksternal.
Beberapa faktor eksternal tersebut diantaranya adalah potensi pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini yang mencapai 7-9%. Adapun Amerika Serikat melalui Joe Biden tetap terus gencar memberikan stimulus fiskal. Mengacu proyeksi IMF, ekonomi Indonesia juga diperkirakan akan tumbuh 6% pada tahun ini.
“Semua potensi negatif tetap harus diwaspadai, termasuk potensi overshoiting. Tapi, kami ini selalu mengambil posisi buy and hold selama mungkin. Kami juga mengikuti business cycle,” terang Ferry lagi.
Menilik data Divisi Riset Lembaga Pemeringkat Pefindo, angka Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Desember 2020 naik 0,7 poin ke 51,3 dari bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut jadi sinyal manufaktur Indonesia mulai bangkit di tengah pandemi COVID-19. Tiga sektor yang diproyeksikan terakselerasi pada 2021, yaitu makanan, minuman, pulp & paper.
Sedangkan Defisit fiskal Indonesia pada 2020 diperkirakan berada di angka 6,09% dari Produk Domestik Bruto (GDP). Acuannya, berdasarkan realisasi APBN unaudited. Penerimaan pajak melemah karena pendapatan perusahaan-perusahaan terpukul dampak langkah-langkah untuk membatasi pandemi. Imbas makronya menyebabkan pendapatan negara pada 2020 berada lebih rendah 17% dibandingkan tahun sebelumnya.(*)
352 total views, 4 views today