Fokus Penurunan Covid-19, Jokowi Toleransi Potensi Efek Negatif PPKM Terhadap Ekonomi
Simakdulu, JAKARTA – Toleransi diberikan atas potensi efek negatif Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terhadap pertumbuhan perekonomian pada Kuartal I 2021. Pemerintah tidak mempersoalkan kontraksi ekonomi, asalkan grafik pergerakan Covid-19 menurun. Apalagi, pemerintah sudah mengambil opsi perpanjangan PPKM hingga Senin (8/2).
Implementasi PPKM dipercaya akan menurunkan kinerja perekonomian nasional, khususnya di Kuartal I 2021. Terkena imbas PPKM, pertumbuhan perekonomian Kuartal I 2021 akan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Untuk kuartal I 2020, ekonomi masih tumbuh 2,97%. Angka tersebut sebenarnya juga lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi mbak di kisaran 5%.
“Hati-hati. Ada PPKM, ekonomi turun. Sebetulnya tidak apa-apa, asalkan Covid-19 juga turun,” ungkap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Merujuk data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 hingga Jumat (22/1), jumlah pasien sembuh dari Covid-19 mencapai 781.147 orang. Slot kesembuhan tersebut tercapai 80,9% dari jumlah total orang Indonesia terkonfirmasi Covid-19. Saat ini program vaksinasi tahap pertama juga masih bergulir sejak pertengahan Januari 2021. Rekomendasi keamanan vaksin Covid-19 sudah diterbitkan BPOM dengan efikasi di Indonesia 65,3% atau di atas sambang minimal 50% WHO.
“Tolong ini betul-betul dihitung, sehingga didapatkan formula. Formula standard-nya kan enggak ada. Yang benar mana, nggak ada. Untuk yang lockdown juga eksponensial,” terang Jokowi.
Optimisme perekonomian sebelumnya tetap digelembungkan Indonesia pada 2021. Sebab, Indonesia memiliki 3 faktor pengungkit utama perekenomian. Sebut saja, konsumsi, investasi, dan ekspor. Setelah goyah karena pandemi Covid-19, ketiga sektor utama tersebut tumbuh meyakinkan pada akhir 2020. Akselerasinya dijamin semakin optimal seiring implementasi program vaksinasi Covid-19 dan gerakan donor plasma darah Konvalessen.
Sektor utama konsumsi, investasi, dan ekspor terus mengalami perbaikan kinerjanya hingga pada awal 2021. Salah satu parameternya adalah neraca perdagangan yang surplus USD21,74 Miliar pada akhir 2020. Angka tersebut pun yang tertinggi sejak 2011. Untuk konsumsi khususnya rumah tangga akan terus didorong agar memantik Produk Domestik Bruto (PDB) nasional hingga 57%.
Sementara, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga terkoreksi positif 92 pada November 2020. Padahal, IKK masih berada di level 79 pada Oktober 2020. Parameter penguatnya adalah impor barang modal dan bahan baku yang meningkat. Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar menambahkan, pemerintah juga akan mendorong perbaikan di sektor perdagangan.
Untuk mengerek kinerja investasi, pemerintah pun mempercepat proses pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Institusi tersebut ditargetkan bisa beroperasi maksimal tahun 2021 ini. Modal awal juga sudah diberikan pemerintah sebesar Rp15 Triliun dalam bentuk tunai. Total ada modal Rp75 Triliun yang siap disuntikan sepanjang tahun ini.
Mengacu informasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi senilai Rp858,5 Triliun diprediksi akan mengalir pada 2021. Angka tersebut diprediksi tumbuh 4,8% dari target tahun lalu. Komposisi sumber investasinya berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 49,7%. Slot lainnya adalah Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 50,3%.(***)
398 total views, 2 views today