Ada PPKM, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2021 Tetap Positif 1,6%-2,1%

JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi nasional pada Kuartal I 2021 diprediksi tetap positif dan kompetitif. Pergerakannya berada di rentang 1,6% hingga 2,1%. Perekonomian tetap berdenyut meski ada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali. Meski demikian, pemerintah memiliki tantangan tersendiri untuk mendorong konsumsi.

“Kami tetap optimistis. Perekonomian nasional akan terus membaik. Pada Kuartal I 2021 ini, range pertumbuhannya berkisar 1,6% hingga 2,1%.. Kami yakin pertumbuhan perekonomian nasional akan kembali positif setelah negatif dalam 3 kuartal sebelumnya,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Terimbas pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi nasional negatif 2,07% sepanjang 2020. Catatan tersebut masih lebih baik dari negara lain, sebab mayoritas terkontraksi sangat dalam. Hanya Tiongkok dan Vietnam yang mampu bertahan dalam tren positif. Meski demikian, ekonomi tetap tumbuh sekitar 5,05% untuk kuartal ke kuartal 2020. Untuk Kuartal III 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami perbaikan 3,49%.

Masih tumbuhnya perekonomian nasional sepanjang 2020 tidak lepas dari kontribusi agraris yang selalu produktif dan sektor industri. Untuk sektor industri memberikan kontribusi terhadap PDB sekitar 19,86%. “Indonesia memiliki banyak potensi untuk terus mendorong perekonomiannya menjadi lebih baik. Tapi, pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk mendorong konsumsi rumah tangga,” terang Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar.

Sepanjang 2020, konsumsi rumah tangga tercatat minus 2,63%. Terkontraksi dalam dari tahun 2019 yang tumbuh 5,04%. Penurunan konsumsi disebut karena penurunan mobilitas dan pergerakan perekonomian serta penurunan pendapatan masyarakat karena pandemi Covid-19. Meski demikian, pemerintah tetap optimistis.

Sepanjang 2021, konsumsi rumah tangga bisa tumbuh 1,3% hingga 1,8%. Untuk konsumsi pemerintah sepanjang Kuartal I 2020 diharapkan naik sekitar 4%, meski realisasinya masih 3,5% hingga 4,5%. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, perekonomian sepanjang 2020 mengalami penurunan menjadi hal wajar karena efek pandemi Covid-19.

“Indonesia tidak sendiri mengalami kontraksi ekonomi sepanjang 2020. Ada banyak negara yang kontraksinya lebih buruk Penurunan ekonomi karena efek Covid-19 menjadi hal yang sangat wajar. Tapi memang, ini pertama kalinya PDB Indonesia kontraksi sejak 1998,” jelas Suhariyanto.(***)

 359 total views,  2 views today