Optimalisasi Investasi 2021, Pemerintah Gunakan 2 Formula Utama

Simakdulu, JAKARTA – Indonesia akan mengoptimalkan investasi sepanjang 2021. Mengembalikan hegemoni ekonomi nasional, sedikitnya ada 2 formulasi yang disiapkan pemerintah. Ada akselerasi implementasi Covid-19 hingga optimalisasi dana pemulihan ekonomi nasional (PEN).

“Pemulihan ekonomi nasional harus terus didorong. Optimalisasinya akan dilakukan dengan akselerasi vaksinasi dan dana PEN. Program vaksinasi menjadi kunci karena untuk memulihkan kepercayaan publik secara menyeluruh,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Mengoptimalkan program vaksinasi, sebanyak 10,49 Kita dosis sudah diberikan kepada masyarakat Indonesia hingga 28 Maret 2021. Komposisinya, ada pemberian dosis pertama yang mencapai 7,25 Juta dosis. Untuk penerima dosis kedua ada sekitar 3,24 Juta orang. Pemberian vaksinasi ini akan terus diberikan untuk memenuhi target herd immunity 70% hingga 80% pada tahun ini.

Untuk memenuhi target herd immunity tersebut, pemerintah bahkan sudah mengunci 329 Juta dosis vaksin Covid-29. Artinya, kebutuhan vaksin Covid-19 yang belum terpenuhi tinggal 97 Juta dosis. Sebab, total kebutuhan vaksin Covid-19 adalah 426 Juta dosis. Kebutuhan vaksin tersebut akan dipenuhi melalui pengembang produk Sinovac, AstraZeneca, hingga Novavax.

“Curva Covid-19 terus ditekan habis. Program vaksinasi terus dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Target herd immunity harus dipenuhi. Agar optimal, pemerintah juga menggulirkan PPKM Mikro. Sejauh ini, laju sebaran dan angka aktif Covid-19 bisa ditekan,” terang Airlangga yang menjabat Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).

Selain menekan kurva Covid-19, pemerintah akan mengoptimalkan dana PEN untuk mengalirkan investasi. Apalagi, dana PEN mencakup banyak sektor seperti, kesehatan, perlindungan sosial, dukungan UMKM, pembiayaan perusahaan, hingga insentif usaha. Besaran dana PEN yang disiapkan mencapai Rp699,43 Triliun. Jumlahnya naik 20% dari tahun 2020.

“Potensi yang ada akan dioptimalkan untuk mengalirkan investasi. Dana PEN sangat strategis, apalagi jumlahnya naik 20% di tahun ini. Pada 2020, dana PEN yang diberikan hanya Rp579,78 Triliun. Pemerintah juga sebenarnya memiliki UU Cipta Kerja yang memiliki potensi besar jangka panjang,” jelas Airlangga yang notabene Ketua Umum Partai Golkar.

Pemerintah memang memiliki UU Cipta Kerja sebagai magnet potensial penarik investasi. Sebab, UU Cipta Kerja membuat semuanya menjadi sederhana dan efektif. UU Cipta Kerja juga menjadi bentuk riil reformasi struktural melalui Implentasi 51 aturan turunannya. Sepanjang 2021, UU Cipta Kerja berpotensi menarik investasi hingga Rp858 Triliun atau tumbuh 4,8%.

Bukti riilnya, Uni Emirat Arab (UEA) mengalirkan dana investasinya sebesar Rp144 Triliun. Investasi UEA akan menyasar sektor infrastruktur, jalan, pelabuhan, pariwisata, dan pertanian. Mereka juga membidik sektor potensial lain yang berkontribusi besar terhadap ekonomi dan sosial.

Kuatnya kerjasama ekonomi UEA dan Indonesia sebelumnya ditegaskan melalui Pekan UEA-Indonesia 2021. Hasilnya, ada kesepakatan terkait kerjasama di lini pelabuhan, logistik, industri strategis dan pertahanan, energi, pariwisata, ekonomi kreatif, hingga pengembangan bakau. Sejauh ini, hubungan dagang dan ekonomi UEA-Indonesia tumbuh besar dengan volume mencapai USD3,7 Miliar.

“Investor selalu tertarik dengan Indonesia. Undang-Undang dan aturan turunannya akan menyederhanakan, menyinkronkan, dan mengefektifkan regulasi. Penyederhanaan regulasi ini memang berdampak sangat positif. Kalau investasi banyak, potensi lapangan pekerjaan dan serapan tenaga kerjanya juga besar,” tutup Airlangga.(*)

 412 total views,  2 views today