Kinerja Impor Akan Membaik Seiring Lesatan PMI
Simakdulu, JAKARTA – Tidak selamanya impor itu negatif. Justru impor menjadi salah satu indikator membaiknya perekonomian. Apalagi, impor yang diberlakukan adalah bahan baku penolong. Artinya, industri dalam negeri berdenyut dinamis seiring tingginya permintaan. Dan, ekonom pun memperkirakan kinerja impor pada Maret 2021 akan semakin positif.
Tingginya optimisme kinerja impor tidak lepas dari kompetitifnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia. Status PMI Manufaktur Indonesia saat ini berada pada grid 53,2. Capaian itu yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Sebab, PMI Manufaktur Indonesia pada Februari 2021 ada di angka 50,9.
“Pertumbuhan impor saat ini akan lebih baik dari bulan sebelumnya. Grafiknya naik, terutama di bahan baku penolong dan barang konsumsi. Meski demikian, pergerakannya relatif stabil dan tidak ada letupan. Para importir masih wait and see,” ungkap Kepala Ekonom BCA David Sumual.
Meski impor diprediksi naik, tapi tidak akan memengaruhi neraca perdagangan. Sebab, masih ada kinerja ekspor yang kompetitif. Posisi neraca perdagangan juga kondusif, seperti terlihat pada Maret 2021 yang diprediksi tetap surplus karena didorong oleh kinerja ekspor. Angka surplus diperkirakan berada pada rentang USD800 Juta hingga USD900 Juta.
Para pakar ekonomi pun berasumsi, terjadi penyusutan angka surplus perdagangan jika dibandingkan bulan sebelumnya. Sebab, neraca perdagangan Februari 2021 berada pada level USD2 Miliar. Hal ini disebabkan oleh kenaikan sisi impor yang lebih tinggi. Sepanjang Maret 2021 terjadi kenaikan impor hingga 2%%.
“Sisi impor mengalami kenaikan 1% sampai 2% sepanjang Maret 2021. Ada rebound pada harga komoditas perkebunan dan pertambangan. Lebih lanjut juga ada kenaikan PMI manufaktur pada negara tujuan ekspor utama seperti Tiongkok,” papar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira.
Terkait ekspor, ada juga pengaruh dari ekspektasi kenaikan permintaan domestik pasar besar seperti Amerika Serikat. Hal tersebut tidak lepas dari optimisme stimulus pemerintah Amerika sebesar USD9 Triliun. Adapun kenaikan impor dipicu oleh barang konsumsi dengan komoditas gula dan garam.
“Semua tentu optimistis akan ada perbaikan PMI dari bulan ke bulan. Nilai neraca perdagangannya juga tetap surplus. Secara kondisi, perekonomian Indonesia memang akan terus membaik. Hal ini tidak lepas dari bergeraknya industri domestik yang memicu kenaikan impor bahan baku,” jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Nilai surplus lebih optimal diberikan oleh Bloomberg. Dari hasil konsensus, Bloomberg menilai neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2021 diperkirakan surplus USD1,5 Miliar. Untuk estimasi surplus neraca perdagangan tertinggi berkisar USD1,92 Miliar, lalu posisi terendah pada angka USD1,03 Miliar. Airlangga menambahkan, semua harus optimistis.
“Semua tentu harus optimistis perekonomian akan tumbuh optimal. Impor bahan baku juga akan terus naik seiring membaiknya industri dan pasar. Produksi manufaktur juga akan semakin optimistis,” lanjut Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar.(***)
312 total views, 1 views today