Airlangga Berhasil Ciptakan Ekosistem Ekonomi Besar Melalui Industri Kelapa Sawit

JAKARTA – Ekosistem ekonomi besar industri kelapa sawit Indonesia berhasil diciptakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Saat ini industri kelapa sawit nasional mampu memberikan lapangan pekerjaan sebanyak 16 Juta pekerja. Industri ini pun optimal mendukung program pemulihan ekonomi nasional terdampak pandemi Covid-19.

“Industri kelapa sawit menjadi sektor yang sangat vital. Sebab, kontribusinya terhadap perekonomian nasional sangat bagus. Pertumbuhannya juga positif. Dengan potensi besarnya, industri kelapa sawit akan optimal menyangga kesejahteraan rakyat Indonesia,” ungkap Airlangga.

Industri kelapa sawit memang tangguh sepanjang pandemi Covid-19. Pada Kuartal II/2021, industri kelapa sawit melanjutkan tren positif dengan pertumbuhan 0,38% (you). Menjadi bagian motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional Kuartal II/2021 yang mencapai 7,07%. Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar menerangkan, industri kelapa sawit menjadi sektor strategis yang potensial.

“Industri kelapa sawit menjadi sektor strategis bagi perekonomian masyarakat. Potensinya juga sangat besar. Untuk itu, pemerintah akan terus mengawalnya dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Sinergi besar harus dilakukan,” terang Airlangga.

Menegaskan profil positifnya, industri kepala sawit membukukan pertumbuhan ekspor sangat tinggi. Sepanjang Kuartal II/2021, angka pertumbuhannya mencapai 31,78% (yoy). Makin kompetitif, industri kelapa sawit ternyata membukukan kontribusi sebesar 13% terhadap ekspor non-migas Indonesia. Kondisi ini pun diuntungkan dengan kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO).

Bila mengacu pasar mancanegara, harga CPO mengalami kenaikkan hingga USD1.100 per MT. Kenaikkan tersebut pun otomatis berdampak positif terhadap perbaikkan Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai NTP saat ini dibatas 103,4. Adapun rata-rata harganya berada pada rentang Rp1.800 hingga 2.100 per Kg. Airlangga mengatakan, produktivitas industri kelapa sawit didorong dengan kebijakan.

“Harga rata-rata CPO di pasar internasional sudah bagus. Pemerintah akan terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit. Penanganannya bisa melalui pengembangan biodiesel (B30). B30 akan mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar berbasis fosil,” kata Airlangga.

Semakin lengkap, Indonesia juga memiliki potensi dalam hal penguasaan pasar dunia. Saat ini Indonesia menguasai 58% pasar kelapa sawit dunia. Artinya, Indonesia memiliki potensi sebagai price leader. Industri kelapa sawit nasional juga telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta orang pekerja.

“Indonesia sebagai penyuplai pasar minyak sawit terbesar di Dunia. Tentu seharusnya Indonesia sudah menjadi price leader, bukan price taker,” papar Airlangga lagi.

Implementasi langsung dari kebijakan Airlangga adalah replanting. Replanting dilakukan dengan penggunaan bibit unggul dan penerapan Good Agriculture Practices (GAP). Tujuannya, peningkatan produktivitas kebun kelapa sawit yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatannya secara optimal. Untuk kualitas dikontrol melalui Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

ISPO juga sudah menegaskan komitmen Indonesia dalam penurunan deforestasi dan emisi gas rumah kaca dari sektor kelapa sawit. Menyangkut isu diskriminasi terhadap kelapa sawit Indonesia, langkah taktis juga dilakukan Airlangga. Indonesia telah melakukan aksi diplomasi, advokasi, dan positive campaign atau counter terhadap berbagai negative campaign.

“Namun berbagai upaya tersebut akan lebih kuat dampaknya apabila didukung oleh pemberitaan atau publikasi oleh media,” tutup Menko Airlangga.($)

 288 total views,  1 views today