Airlangga Perkuat Pertanian, Bukti Keberpihakan Kepada Petani

JAKARTA – Sektor pertanian terus mendapatkan penguatan, apalagi dalam status pandemi Covid-19. Sebab, pandemi Covid-19 rentan memunculkan problem sosial ekonomi. Salah satu terapinya tentu dengan penguatan ketahanan pangan nasional. Beragam formulasi pun sudah disiapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk mendorong produktivitas pertanian dan menghadirkan kesejahteraan petani.

“Pangan menjadi sektor yang tahan banting dan tetap tumbuh sepanjang pandemi Covid-19. Dari beberapa sektor usaha pendukung perekonomian, pertanian yang tetap tangguh. Untuk, itu support akan terus diberikan agar produktivitas dan kesejahteraan petani naik,” ungkap Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar.

Menjadi bagian Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sepanjang pandemi Covid-19, pertanian memberikan impact positif. Pada Kuartal I/2021, pertanian berkontribusi kepada PDB hingga 2,95%. Saat kasus gelombang pandemi Covid-19 tinggi pada 2020, sektor pertanian tetap berkontribusi sekitar 1,75%.

Bersama sektor usaha lainnya, pertanian memang menjadi pilar utama perekonomian nasional. Bersama industri, perdagangan, kontruksi, dan pertambangan, pertanian memberikan kontribusi perekonomian Indonesia hingga 64,5%. “Dari semua sektor, hanya pertanian yang tetap tangguh menggerakkan perekonomian. Bangkitnya perekonomian memang tidak lepas dari penanganan ekonomi dan Covid-19,” terang Airlangga.

Mendukung optimalisasi kontribusi pertanian, pemerintah pun sudah membangun Food Estate. Lokasi Food Estate berada di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Food Estate memiliki fungsi strategis, terutama dalam penciptaan stabilitas dan ketahanan pangan nasional hingga meningkatkan kesejahteraan petani. Pertanian juga menekan problem sosial ekonomi terdampak Covid-19.

“Pandemi Covid-19 memunculkan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan, dan masalah ketahanan pangan. Ancaman ini sudah diantisipasi karena early warning crisis dari FAO meningkatkan kewaspadaan. Ketahanan pangan jangka panjang diperhatikan. Itu artinya, pertanian dan petani harus terus dikuatkan,” tegas Airlangga yang notabene Ketua KPC-PEN.

Secara khusus, Food Estate dilakukan dengan sistem korporasi. Usaha pertanian digulirkan melalui koperasi atau Gapoktan. Konsep ini menurut Airlangga akan lebih memudahkan dalam memberikan akses pendampingan, pembiayaan, dan fasilitas lain yang disediakan pemerintah yang bekerja sama dengan BUMN dan Swasta.

“Model korporasi ini akan membuat petani semakin modern dari hulu ke hilir secara utuh. Dari hulu pencanangan one village one product atau one pesantren one product dalam tahap pendampingannya bisa dilakukan mulai dari penerapan teknologi ,sertifikasi dan pembangunan sistem logistik terpadu dan cold storage akan membuat petani mendapatkan hasil optimal baik on farm atau off farm,” jelas Airlangga.

Program lain untuk meningkatkan pertanian yakni holtikultura berorientasi ekspor yang menurutnya terbukti meningkatkan pendapatan petani. Nantinya ada peran mitra yang akan menjadi off taker dan menyediakan bibit unggul, serta melakukan pendampingan sampai ke proses pengemasan.

“Pemerintah memberikan insentif fiskal dan kemudahan ekspor sehingga daya saing produk holtikultura meningkat. Apalagi Indonesia punya makanan eksotik yang tidak dimiliki negara lain dan permintaannya sedang meningkat,” ujarnya.

Untuk permodalan, Airlangga juga menyiapkan sistem Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih kompetitif. Ada banyak fasilitas terbaik yang bisa dinikmati petani. Apalagi, kondisinya saat ini sedang pandemi dan pemerintah mendorong setiap usaha yang dikembangkan rakyatnya. Memberi kemudahan, pemerintah menyalurkan KUR sektor pertanian dengan subaidi bunga sebesar 3% untuk 2021. Porsi pencairan KUR tanpa agunan juga naik dari Rp50 Juta menjadi Rp100 Juta.

Fasilitas ramah yang diberikan pemerintah semakin panjang dengan beragam relaksasi KUR. Sebut saja, adanya penundaan pembayaran pokok, perpanjangan jangka waktu, dan penambahan limit KUR. Percepatan pencairan pembiayaan pertanian bahkan melibatkan stakeholder. Bank atau lembaga penyalur memberi akses besar kepada kelompok atau Klaster komoditas pertanian melalui kemitraan.

Pemerintah juga mendorong percepatan implementasi Bisnis Model One Village One Product (OVOP) dan One Pesantren One Product (OPOP). Penerapannya melalui Pola Cluster dengan Pembiayaan KUR. Komposisinya melalui korporatisasi pertanian dengan pembiayaan murah bagi KUR khusus kelompok atau klaster pertanian.(*)

 289 total views,  2 views today