Akselerasi Ekonomi Indonesia 2021, Nilai Tukar Rupiah dan IHSG Makin Kompetitif

JAKARTA – Perekonomian Indonesia akan mengalami akselerasi yang kompetitif pada 2021. Parameter pengungkitnya saat ini sudah bisa diketahui. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terus menunjukan daya pemulihan. Imbasnya, kapitalisasi pasar terus meningkat.

IHSG dan nilai tukar rupiah saat ini terus menunjukan kinerja positif. Angka tersebut sudah kembali lagi ke nilai Rp7.033,76 Triliun pada 29 Desember 2020. Jumlahnya naik Rp2.477 Triliun bila dikomparasikan dengan posisi terendah di akhir Maret 2020. Posisi riil IHSG hingga 29 Desember sudah berada pada level 6.036. Lalu, bagaimana dengan nilai tukar rupiahnya? Nilai tukarnya menyentuh Rp14.130 per USD1.

“Kinerja rupiah dan IHSG Indonesia secara keseluruhan cukup baik sepanjang 2020. Nilai tukar mata uang terhadap USD lebih baik bila dibandingkan peers seperti India, Brazil, Turki, atau Afrika Selatan. Untuk IHSG juga demikian, lebih baik dari bursa di Thailand, Singapura, atau Filipina. Raport ini tentu kompetitif untuk 2021,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Pandemi Covid-19 sebelumnya sudah membuat perekonomian lumpuh. Pergerakannya mulai melambat pada Triwulan I 2020. Kontraksi negatif pun terjadi pada Triwulan II 2020. Komponen pengeluaran dan sektor lapangan usaha terdampak. Kontraksi signifikan pun menimpa sektor riil pada aktivitas manufaktur mulai April. Lalu, sektor keuangan juga tertekan habis oleh Pandemi.

Pada sektor keuangan, nilai rupiah sempat terdepresiasi signifikan ke level 16.500 pada Maret. IHSG juga terkoreksi turun ke level di bawah 4.538 pada akhir Maret. Penurunan IHSG pun menyebabkan kapitalisasi pasar Indonesia terjun bebas ke level Rp4.556,3 Triliun. Turun lebih dari Rp2.690 Triliun darai posisi awal 2020.

“Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi sebenarnya tetap ada sepanjang 2020. Apalagi, ada kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. IMF juga tetap memprediksi ekonomi global tetap tumbuh 3,3% sepanjang 2020. Namun, skenario itu dipatahkan oleh pandemi Covid-19 di akhir Januari. Efeknya mengubah persepsi pasar menjadi negatif,” terang Airlangga.(***)

 391 total views,  1 views today