Dikunjungi Airlangga, Singapura Apresiasi Stabilitas Perekonomian Indonesia Saat Pandemi
Simakdulu, JAKARTA – Singapura mengapresiasi stabilitas perekonomian Indonesia sepanjang pandemi Covid-19. Negeri Singa-julukkan Singapura-pun berencana meningkatkan investasinya di Indonesia, termasuk pengembangan energi hijau. Kedua negara juga membahas beragam isu, termasuk pandemi Covid-19, travel bubble, hingga reformasi pajak global.
Berada di Negeri Singa pada Selasa (13/7), Airlangga langsung bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Ketua Umum Partai Golkar tersebut juga bertemu Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat di tempat terpisah. Ada juga sesi pertemuan dengan Menteri Senior Singapura Tharman Shanmugaratnam hingga Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakhrisnan.
“Perdana Menteri Singapura terus berkomitmen membangun kerjasama ekonomi dengan Indonesia. Mereka mengakui iklim berusaha di Indonesia semakin baik. Untuk itu, pemerintah Singapura akan mendorong pengusahanya untuk berinvestasi di Indonesia,” ungkap Airlangga.
Iklim perekonomian Indonesia sangatlah kondusif. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia mencapai 55,3 pada Mei 2021. Bergerak naik dari April 2021 yang ada di level 54,6. PMI Mei 2021 tersebut dibatas ASEAN yang rata-rata ada di level 51,8. PMI untuk Vietnam (53,1), Malaysia (51,3), dan Singapura (51,7). Untuk Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 mencapai 220,4 atau naik 17,3% dari bulan sebelumnya.
IRR bulan April 2021 tersebut juga naik 15,6% dari periode tata waktu sama tahun sebelumnya. Raihan IPR 220,4 tersebut menjadi pertumbuhan signifikan pertama setelah terkontraksi selama 16 bulan akibat pandemi Covid-19. Adapun pertumbuhan IPR terkontraksi terdalam hingga minus 20,6% pada Mei 2020. Rapor impresif ekonomi juga ditegaskan dengan kinerja ekspor. Hasilnya, neraca perdagangan surplus sepanjang 2021.
“Indonesia memiliki potensi besar sebagai tujuan investasi. Sebab, Indonesia juga memilliki UU Cipta Kerja yang memberi kepastian arah pengembangan investasi. Regulasi itu juga mengatur pengembangan energi baru dan terbarukan. Kondisi tersebut juga sudah disampaikan kepada mereka,” terang Airlangga lagi.
Lebih lanjut, Airlangga juga menyebutkan respon positif Singapura atas penunjukan Batam sebagai KEK dan dikembangkan sebagai IT Center. Singapura juga berkomitmen mendukung pengembangan Kawasan Industri Kendal. Kawasan Industri Kendal diresmikan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada 2016 silam. Kawasan ini jadi ikon kerjasama bilateral Indonesia-Singapura yang ditetapkan sebagai Kawasan Industri Prioritas.
Semakin menarik, pertemuan Airlangga dan Perdana Menteri Singapura juga membahas pengembangan energi hijau. Isu ini pun dipertebal saat Airlangga bertemu Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakhrisnan. Pertemuan ini sepakat menempatkan Indonesia sebagai pusat energi hijau. Selain Singapura, pusat energi hijau ini juga bisa diakses ASEAN.
Saat ini sudah ada beberapa perusahaan Singapura yang siap mengembangkan energi hijau di Indonesia. Sebut saja SembCorp dan Sunseap. SembCorp memiliki efisiensi tinggi dalam pengembangan energi hijau. Dengan lahan 0,72 Hektar, teknologi SembCorp bisa menghasilkan daya listrik 1 MW. Sebelumnya untuk menghasilkan listrik 1 MW dibutuhkan luas lahan 1 Hektar. Sebagai tindak lanjut, model bisnis ini pun akan dibahas.
“Energi hijau menjadi opsi menarik. Sebab, Indonesia memiliki banyak sumber energi yang bisa dikembangkan. Ada hidro, angin, panas bumi, hingga sinar matahari. Dengan pengembangan energi hijau, dampaknya terhadap lingkungan tentu sangat bagus. Ini juga menjadi upaya pengendalian perubahan iklim,” jelas Airlangga.(***)
262 total views, 2 views today