Garasi 10 Bandung Gelar Acara Virtual Kembara Nusantara

Simakdulu, BANDUNG – Acara digagas oleh Prof Setiawan Sabana maestro seni rupa ITB, yang telah sukses menggelar karya pameran virtual bertajuk Religiusitas Seni Rupa Kontemporer Nusantara pada bulan lalu.

Di awal tahun 2021 kembali menggelar event virtual berkelas, menghadirkan tokoh maestro seni tari Jawa Barat Prof. Endang Caturwati dari ISBI Bandung, dengan mengangkat tema “Merajut Kasih, Menyulam Cinta”, dan Ki Dalang Kondang Wawan Ajen dari Kota Bekasi, menyuguhkan kupasan seni pertunjukan wayang dengan tema dari renungan “Dalang Manjing Wayang, Wayang Manjing Dalang” itu akan digelar secara virtual pada Jumat (8/1/2021).

Setiawan Sabana menegaskan “mari Kita Jadikan Nusantara Sebagai Markas Besar Kreatifitas Seni Kini dan Esok”. Acara digarap secara virtual dengan menghadirkan orasi budaya dari Prof Setiawan Sabana dengan mengupas Kembara Kriya Sejagat Nusantara, mengenang, merenung, memandang, dan menerawang”. Kebudayaan Nusantara adalah cermin diri tentang masa lampau. Curahkan energi kreatif kita sekarang untuk masa mendatang” ungkap Setiawan Sabana.

Endang Caturwati yang juga Sebagai Pendiri Ajang Kreativitas Seni Hapsari, yang berkiprah selain mengadakan pelatihan seni tari dan karawitan pada guru-guru seni budaya , juga mengadakan berbagai pertunjukan, serta menciptakan beberapa repertoar karya – karya tari dan lagu, menyebutkan, bahwa pada dasarnya setiap pertunjukan seni otentik, tumbuh dan berkembang sebagai ekspresi masyarakat pendukungnya yang bisa memenuhi fungsi sosial.

Lanjut Endang “Pembelajaran seni mampu menjadi media penanaman nilai- nilai kehidupan secara kontekstual sehingga dapat membantu proses terbentuknya kepribadian. Ketika anak didik belajar seni tari misalnya, sebetulnya mereka belajar mengenai kepekaan rasa, serta melatih koordinasi antara otak kanan dan otak kiri, irama , dan motorik tubuh. Suatu proses yang menempatkan seni pada bingkai kebudayaan, serta nilai – nilai kearifan lokal, sebagai ketahanan budaya Indonesia” ungkap Endang Caturwati.

Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Kemenparekraf/Baparekraf, Wawan Gunawan menjelaskan, event virtual ini diselenggarakan untuk melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan wayang sebagai warisan budaya sebagimana ditetapkan UNESCO. Indonesia, Wawan melanjutkan, memiliki banyak jenis wayang. Sedikitnya ada 100 jenis wayang yang menjadi kekayaan Indonesia. Dari jumlah itu, lima jenis wayang ada lima jenis wayang dijadikan penelitian oleh UNESCO. Kelimanya adalah Wayang Kulit Purwa Jawa, Wayang Parwa dari Bali, Wayang Golek Sunda dari Jawa Barat, Wayang Palembang dari Sumatera Selatan dan Wayang Banjar dari Kalimantan Selatan.

Wawan melanjutkan, wayang merupakan nilai luhur adiluhung bangsa. Dalam pengembangan wayang, seluruh unsur yang dimiliki manusia terepresentasi di dalamnya. Tema Dalang Manjing Wayang, Wayang Manjing Dalang” adalah kesatuan hubungan yang melebur secara harmonis. Dalam mengembangkan wayang kami membaca tradisi dengan cara-cara modern, mengedepankan konsep 5R dan 5W. 5R yakni Raga, Ruh, Rasa, Rasio dan Rukun. Sedangkan 5W yaitu Wirahma, Wirasa, Wirupa, Wiraga dan Wiwaha,” kata Wawan, Sabtu (2/1/2021).

Dijelaskan Wawan, Kemenparekraf/Baparekraf amat concern terhadap pemanfaatan wayang sebagai atraksi pariwisata budaya. “Menjadikan seni pertunjukan wayang sebagai atraksi wisata budaya merupakan hal tepat yang dilakukan karena dapat menarik wisatawan untuk datang,” katanya.

Selain itu, Wawan melanjutkan, langkah itu bisa menjadi ajang pengenalan kebudayaan dan kearifan lokal Indonesia kepada masyarakat global. “Juga merupakan sarana pelestarian budaya,” tuturnya.

Menurut Wawan, dalam perenungannya ada nilai-nilai positif yang dapat diimplementasikan dalam pengembangan wayang. Ada nilai spiritual, nilai budaya, nilai kreatif, nilai komunikasi,nilai ekonomi, nilai komitmen dan nilai keberlanjutan. “Itu yang kami sebut sebagai spirit sapta ajen. Sebagai seni adiluhung, Kemenparekraf/Baparekraf mendorong pemanfaatan wayang sebagai sarana dan prasarana mewujudkan spirit sapta ajen tersebut, bagaimana wayang, baik seni rupanya, pertunjukan sebagai pertunjukan yang lebih atraktif dan komunikatif, khususnya kaum milenial,” dan menjadikan seni wayang sebagai atraksi pariwisata yang dapat mensejahterakan masyarakat” kata Wawan.

Di sisi lain, Wawan menilai di tengah keterbatasan pada masa pandemi COVID-19 ini pelestarian dan pengembangan wayang sebagai peluang untuk pengembangan kreativitas seni wayang dengan melakukan inovasi, adaptasi dan kolaborasi(***)

 340 total views,  1 views today