Golkar Menjaga Demokrasi Lokal Untuk Menuju 2024
Oleh Ari Bahari
Simakdulu, JAKARTA – Pemilihan kepala daerah tahun 2020 adalah ruang demokrasi lokal. Jalan pembuka keyakinan politik untuk pemilihan umum tahun 2024. Dengan demikian, siapa yang memenangi pilkada di 270 daerah. Partai tersebut akan melenggang indah ke pemilu 2024. Lalu, siapa pemenang pilkada 2020?
Jika merujuk pada hasil hitung cepat (quick count) dari 270 wilayah. Kita bisa menemukan nama partai Golongan Karya. Setidaknya, informasi awal menempatkan Golkar sebagai pemenang di 165 daerah atau sekitar 61 persen. Luar biasa. Langkah mengawal demokrasi nasional dari ruang local terpenuhi.
Bukan tidak mungkin, partai sekuat dan semandiri Golkar menjadi contoh bagi partai lain. Golkar sebagai partai tertua, termasuk dihitung dengan kelompok kekaryaan, adalah bukti nyata tata cara mengelola dan berpolitik di Indonesia. Kebijakan politik Golkar selalu bisa menempati posisi lima besar pemenang pemilu.
Dilain sisi, pengkaderan anggota berjalan lancer. Hampir seluruh daerah mengetahui siapa tokoh local Golkar. Sehingga, rakyat tidak perlu merenung lebih dari lima menit untuk menyebut nama-nama tokoh local dari Golkar. Dari golongan tua sampai millennial, semua ada di Golkar.
Jika diurai, ada pelbagai alasan pemilih memilih calon kepala daerah yang diusung oleh Golkar. Misalnya, kantor yang permanen, struktur jelas, tokoh tua dan muda bersatu, juga partisipasi aktif kader Golkar di daerah. Semua diramu dalam kerja-kerja kegotong-royongan dan kekaryaan. Belum lagi ditambah dengan mengakarnya ideologi partai dan ketahanan politik.
Golkar Muda
Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto memang ‘bang jago’. Target menang 60 persen bisa dicapai dengan baik. Itu tandanya, kepemimpinan Airlangga Hertanto sukses dalam merencanakan, melaksanakan program pemenangan, dan melaksanakan pembaharuan strategi sepanjang tahapan kampanye. Secara teoritis ilmu manajemen, Airlangga adalah pemimpinan nasional yang mapan politik. Namun, jika dilirik dari profil calon kepala daerah. Ada sesuatu yang berbeda dari kebijakan politik Airlangga Hertanto.
Kebijakan itu adalah memunculkan tokoh muda atau politisi millennial. Tidak perlu sesumbar mendukung partisipasi pemuda dalam berpolitik. Golkar membuktikan dengan mengusung calon dan memenangi pilkada. Jelas keberpihakan Golkar terhadap politisi muda.
Berikut bukti kepedulian dan perkaderan politik di Golkar. Ada Adnan Purichta Ichsan dan Abdul Rauf Malaganni yang menang hingga 92 persen di Pilkada Gowa 2020. Padahal Adnan baru berusia 34 tahun. Lalu ada juga Pasangan Dico dan Windu Suko Basuki maju di Pilkada Kabupaten Kendal. Dico, pemuda 30 tahun ini menjadi kepala daerah termuda hasil pilkada 2020.
Paling muda, Aditya Halindra Faridzky, pemuda 28 tahun yang berani tampil di pesta demokrasi local di pilkada Tuban. Selanjutnya ada pasangan Franc Bernhard Tumanggor dan Mutsyuhito Solin, yang menang di Pilkada Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Padahal Franc Tumanggor baru berusia 35 tahun.
Jika menelisik kebelakang, Golkar juga menjadi jalan bagi pemuda untuk duduk di kursi senayan. Dari 575 anggota DPR periode 2019-2024, politisi termuda dengan rentang usia 23-26 tahun berasal dari partai Golkar. Bukti ini adalah kemampuan pengelolaan partai dan kaderisasi yang jelas. Serta pemanfaatan teknologi informasi dan aplikasi dalam ruang politik.
Tidak hanya itu, di balik sang ketua umum ada nama-nama generasi muda Golkar yang mencuri perhatian kita sebut saja, Ahmad Doli Kurnia sebagai Ketua Pemenangan Pemilu DPP Parati Golkar, Maman Abudrrahman Kepala Bappilu dan Syahmud Basir Ngabalin Kepala Badan Saksi Nasional DPP Partai Golkar yang memberikan masukan dan saran terkait langkah-langka selama pesta demokrasi daerah ini, hal ini di ungkapkan oleh Airlangga sendiri ketika memberikan keteranganya terkait hasil Pemilukada.
Gotong Royong Berkelanjutan
Kemenangan Golkar di Pilkada mendapat penilaian tersendiri dari berbagai ahli. Sebut saja, Peneliti senior LIPI R. Siti Zuhro mengatakan, pertimbangan matang di politik local adalah kunci memenangi pilkada. Menurut Siti Zuhro, pertimbangan politik untuk memetakan jumlah potensi pemilih, perilaku pemilih, dan pengguna hak pilih menjadi kunci kemenangan tersebut.
Sedangkan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, basis pemilih Golkar masih mengakar. Sangat wajar, apalagi Golkar adalah partai kekaryaan yang mapan dalam mengelola pemerintahan. Calon yang diusung Golkar juga memiliki kompetensi, kapasitas, dan tentu saja modal yang cukup. Inilah Golkar.
Untuk menjaga keberhasilan politik, dari Pemilu 2019, Pilkada 2020 dan mempersiapkan kemenangan besar di Pemilu 2024.
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto telah menyiapkan Golkar Academy, pendidikan politik berkelanjutan yang membangun kemampuan politisi muda agar bisa bergotong royong dan mengkaryakan seluruh sumber daya politik Golkar.
Perlu diketahui, sesumbar partai peduli pemuda tidak bisa mengandalkan kepopuleran dari seseorang. Pemuda yang popular belum tentu memiliki kemampuan dalam mengelola situasi politik. Namun, di Golkar Academy, pemuda yang tidak popular bisa meniti jalan politik yang sudah dipersiapkan.
Kedepan, golkar hanya perlu bekerja secara berkelanjutan. Kemenangan di Pilkada 2020 di 165 daerah adalah modal awal. Setidaknya hanya butuh setengah lagi untuk memastikan politis muda bergerak. Kesiapan mengkaryakan senayan pada 2024. Salah satu targetnya adalah membentuk kepemimpinan local diseluruh nusantara. Pemimpin local tersebut adalah kunci.(***)
351 total views, 1 views today