Pepesan Kosong Keluhan PDIP, Ekonomi Indonesia Diprediksi Bullish

JAKARTA – Keluhan PDIP terkait manuver politik menteri-menteri bidang ekonomi menuju Pilpres 2024 jadi pepesan kosong. Sebab, kinerja ekonomi Indonesia sangat impresif. Dunia memprediksi ekonomi Indonesia akan bullish dan berkembang tahun depan. Presiden Joko Widodo juga memberi lampu hijau bagi menterinya untuk menaikkan elektabilitas.

PDIP mungkin lupa, siapapun memiliki hak politik sama untuk maju dalam Pilpres 2024. Kesan ‘pemasungan’ hak politik muncul manakala Ketua DPP PDIP Said Abdullah mengatakan, menteri-menteri ekonomi harus fokus terhadap tugas tanggung jawabnya. Tidak perlu memikirkan fokus lain, apalagi ada pandemi Covid-19.

Artinya, diisyaratkan menteri-menteri ekonomi yang potensial tidak perlu memikirkan peluangnya maju di Pilpres 2024. Saat ini ada beberapa nama menteri-menyeri ekonomi yang potensial yang bisa maju di Pilpres 2024. Entah itu sebagai RI-1 atau RI-2. Mereka diantaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar.

Nama lain diantaranya adalah Menteri BUMN Erick Thohir. Ada juga Menteri Keuangan Sri Mulyani. Nama mereka kerap muncul dalam survei politik yang dilakukan Lembaga/institusi independen. Popularitas dan elektabilitas Airlangga bahkan kerap muncul di zona atas. Jauh melewati Ketua DPR RI Puan Maharani yang jadi jago PDIP di Pilpres 2024.

“Morgan Stanley yakin Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi absolut. Tekatif bwrkembbag pada 2022. Pertumbuhan permintaan Indonesia telah bergeser dan meluas datin orientasi ekspor menjadi domestik,” ungkap tim riset Morgan Stanley yang diantaranya diisi Deui Tan, Mayan Maheswari, Dedek Chang, dan lainnya.

Mengacu optimisme ekonomi Indonesia bullish pada 2022, setidaknya ada 3 alasan yang diberikan Morgan Stanley. Pertama, permintaan domestik mulai mengambil peran. Morgan Stanley memperkirakan Indonesia akan berhasil memvaksinasi hampir seluruh penduduk dewasanya pada Januari 2022. Slotnya mencapai 99% dari total populasi pada Maret 2022.

Kedua, Indonesia menawarkan pembatasan nilai inflasi (inflation hedge) di tengah kekhawatiran terjadinya kondisi stagflasi. Ketiga, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan struktural terkuat di kawasan ASEAN. Rasio utang Indonesia juga rendah dan sangat kontras dengan sebagian besar negara di wilayah Asia.

“Morgan Stanley berekspektasi adanya kinerja yang lebih baik dari pasar ekuitas tanah air. Hal ini karena pasar saham mendapat manfaat dari melonjaknya harga komoditas ekspor yang lebih kuat,” paparnya lagi.

Selain itu, saat ini pemerintah juga sedang mempercepat agenda reformasi investasi. Investasi dibuka lebar untuk sektor komoditas, sektor manufaktur, dan digital. Kebijakan ini menjadikan pasar saham Indonesia relatif lebih ramah. Lebih murah dibandingkan India. Morgan Stanley pun menilai, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembelian (buy).(*)

 309 total views,  2 views today