Prabowo-Puan Sulit Menang di Pilpres 2024, Airlangga Cari Tandem Figur Populer
JAKARTA – Peta rivalitas Pilpres 2024 mulai terbaca jelas. Opini pun diberikan kepada figur Capres yang bermunculan lengkap dengan potensi koalisinya. Fokusnya potensi poros koalisi PDIP-Gerindra dan Golkar yang sudah kencang meniupkan nama jagonya masing-masing.
Dalam sepekan terakhir, komposisi duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani kuat didorong untuk Pilpres 2024. Para kader dan simpatisan juga sudah banyak yang mendeklarasikan Prabowo-Puan sebagai Capres dan Cawapres 2024. Artinya, Prabowo berstatus Capres 2024 dan Puan menjadi Cawapresnya.
“Politik itu serba mungkin. Komposisi Prabowo-Puan di Pilpres 2024 mungkin terjadi. Berarti slot Capres diisi Prabowo dan Puan harus puas sebagai Cawapresnya,” ungkap Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin.
Mengacu elektabilitas lembaga survei, posisi Prabowo diklaim menurun dalam beberapa bulan terakhir. Dari survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), 15-21 September 2021, tingkat keterpilihan Prabowo cenderung menurun sejak Maret 2020 hingga September 2021. Dalam format 42 nama Capres, Prabowo mendapat dukungan 18,1% atau dari turun 19,5% di Maret 2020.
Untuk simulasi tertutup 15 nama, Prabowo hanya meraup dukungan 20,7%. Turun dari 22,2% pada Oktober 2020. Pada simulasi 8 nama Capres, suara dukungan Prabowo hanya 22,5%. Pada Mei 2021, Prabowo masih berada pada slot 26%. Pada simulasi 3 nama, Prabowo menempati slot 30,8% dan trennya melemah dari 34,1%.
“Prabowo rugi kalau jadi Cawapres. Sebab, Pilpres 2019 menjadi Capres. Masa iya pada Pilpres 2024 menjadi Cawapres. Puan juga elektabilitasnya di bawah. Jadi, peluang kedua pasangan tersebut menang di Pilpres mendatang sangatlah sulit. Poros ini bisa jadi justru mengalami kekalahan,” terang Ujang.
Mengacu data SMRC, Jumat (8/10), elektabilitas Puan Maharani hanya 1,8%. Hal ini juga mengindikasikan kalau usaha mendongkrak popularitas melalui baliho tidak berhasil. Lalu, duet Prabowo-Puan di Pilpres 2021 pun diprediksi tambah loyo. Sebab, banyak barisan pendukung Prabowo yang berpindah haluan karena kecewa.
“Masyarakat kecewa karena Prabowo merapat ke pemerintah. Pendukung-pendukungnya termasuk HRS (Habib Rizieq Shihab) banyak yang dipenjara. Satu sisi, Prabowo tak bisa apa-apa. Sedangkan Puan elektabilitasnya rendah,” tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, imbas negatif besar pun berpotensi diterima koalisi PDIP-Gerindra. Ujang menilai, dengan potensi kemenangan yang tidak kuat bisa jadi tidak ada partai politik lain yang menyokong duet Prabowo-Puan. Artinya, Prabowo-Puan hanya mengandalkan kinerja dari PDIP dan Gerindra saja.
“Partai lain itu akan bergabung jika potensi Prabowo-Puan menangnya tinggi. Jika berpotensi kalah, partai-partai lain akan bangun koalisi sendiri,” tegas Ujang.
Di seberang rival koalisi Pilpres 2024, saran diberikan kepada Partai Golkar. Ada 3 skenario yang disiapkan bagi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang diplot sebagai Capres 2024. Klaster tersebut adalah ketua umum partai politik, kepala daerah, dan menteri kabinet Presiden Joko Widodo saat ini.
Menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga diberikan beberapa opsi nama Cawapres dengan background ketua umum partai politik. Ada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Klaster Ketua Umum sangat memungkinkan di Pilpres 2024.
“Pak Airlangga bisa menggandeng nama populer, meski medianya melalui 3 opsi klaster. Untuk klaster ketua umum partai politik cukup beralasan. Tinggal menggandeng Partai menengah seperti, NasDem PKB, dan PPP, termasuk PAN,” jelas Pengamat Politik KedaiKopi Hendri Satrio.
Untuk klaster kedua adalah kepala daerah yang tidak punya tiket, tapi popularitasnya sangta tinggi. Pilihannya ada pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Alternatif lainnya adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
“Untuk klaster kepala daerah, Pak Airlangga harus melobi Partai pengusungnya. Lobinya akan panjang,” kata Hendri.
Adapun klaster ketiga adalah menteri-menteri aktif yang tergabung dalam kabinet Presiden Joko Widodo. Ada beberapa nama yang bisa jadi pertimbangan, seperti Menteri BUMN Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Nama lainnya adalah Menko Polhukam Mahfud MD.(***)
543 total views, 1 views today