Racikan Formulasi Budaya Plus Pendidikan Dinilai Paling Ideal Redam KKB Papua
JAKARTA – Formulasi budaya menjadi racikan ideal untuk meredam konflik di Papua yang dimotori Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Pendekatan budaya dipercaya lebih luwes dari 2 pendekatan lain seperti, militer bahkan ekonomi. Ada juga kunci peningkatan kualitas pendidikan guna mengubah paradigma masyarakat Papua.
“Sebenarnya ada 3 pendekatan dalam penyelesaian kasus KKB di Papua. Ada militer, ekonomi, dan budaya. Dengan melihat banyak aspek, budaya menjadi pendekatan yang paling ideal. Meski itu bisa ditopang pendidikan,” ungkap Sekjend PANDAWA Nusantara Faisal Anwar.
Alternatif solusi Faisal tersebut terpotret dalam diskusi daring ‘Kejahatan KKB Papua, Pendekatan Ekonomi atau Budaya’ pada Kamis (23/9). Pendekatan budaya dinilai paling ideal karena memiliki kemampuan olah rasa. Merasakan hal sama menjadi bagian dari Papua. Untuk itu, dialog didorong dengan balutan kultur asli Papua.
Budaya pun berbeda dengan pendekatan lainnya. Sebab, pendekatan militer menjadi jawaban pamungkas atas buntunya 2 pendekatan lainnya. Di situ ruang dialog sudah ditutup rapat dan situasi sudah sangat mengancam masyarakat sipil Papua. Lalu, bagaimana dengan pendekatan ekonomi?
Pendekatan ekonomi dinilai Faisal tetap bukan solusi ideal penyelesaian kasus KKB di Papua. Sebab, anggaran pemerintah yang disuntikkan sangat minim. Masyarakat sangat plural dan majemuk dengan kondisi demografi tidak mudah. Mengacu UU Nomor 2 tahun 2021, dana Otsus di Papua sebenarnya mengalami peningkatan dari 2% menjadi 2,5%.
Besaran dana Otsus menapai Rp7,55 Triliun. Anggaran tersebut diperuntukan bagi Papua dan Papua Barat. Skemanya adalah penerimaan umum dan penerimaan yang berbasiskan kinerja pelaksanaan. Faisal juga mengingatkan pentingnya pendidikan yang notabene pilar utama pendekatan budaya.
“Upaya pembangunan Papua secara fisik harus diapresiasi. Sebab, itu juga sebagai penanda kehadiran dan kepedulian negara terhadap rakyatnya. Tapi, pendekatan ekonomi belum cukup. Budaya dengan pendidikan di dalamnya tetap paling ideal untuk menyelesaikan masalah-masalah di Papua,” tegas Faisal lagi.
Merunut akar permasalahan di Papua sebenarnya sangat kompleks. Ada problem diskriminasi, rasialisme, hingga keamanan. Terkait pemerataan ekonomi masih menjadi jurang dalam isu kesenjangan, kemiskinan, juga aksesibilitas. Masalah semakin rumit dengan status sosial dan ingatan sejarah politik Papua yang kelam.
Isu lain yang menjadi sengkarut masalah adalah rendahnya indeks pembangunan manusia di Papua. Papua juga mengalami krisis modal sosial sebagai perekat hingga kasus pelanggaran HAM dan environmental security.(***)
315 total views, 1 views today