Stabilisasi Pemulihan Ekonomi Nasional, Pemerintah Akselerasi Sektor Swasta
Simakdulu, JAKARTA – Stabilisasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dilakukan pemerintah. Mereka sekarang ini fokus mengakselerasi sektor swasta. Skema pembiayaan baru bahkan terus dimatangkan. Tujuannya riil, yaitu menaikan konsumsi publik melalui daya belinya. Seiring peningkatan jumlah uang tersimpan di perbankan, publik didorong agar percaya dan kembali aktif berbelanja untuk mencukupi kebutuhannya.
“Program Pemulihan Ekonomi Nasional terus dilanjutkan. Dukungan kepada korporasi tetap diberikan. Untuk tahun ini, kami akan fokus pada pemulihan ekonomi untuk sektor swasta. Program-program khusus akan diberikan agar sektor swasta semakin tumbuh dan memberi impact bagus bagi ekonomi,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Menggerakkan sektor swasta, anggaran besar sudah disiapkan pemerintah. Sepanjang 2021, anggaran senilai Rp184,83 Triliun siap disuntikan. Kran alirannya melalui UMKM dan koperasi. Jumlah anggaran PEN tersebut naik 6,7% atau Rp11,7 Triliun dari sebelumnya. Sepanjang 2020, pemerintah menyuntikan dana PEN sebesar Rp173,17 Triliun.
Dari anggaran Rp184,83 Triliun, PEN memberikan subsidi bunga UMKM senilai Rp31,95Triliun. Dana ini digunakan untuk Program Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) Rp15,36 Triliun. Ada juga subsidi Imbal Jasa Penjaminan (IJP) Rp8,51 Triliun. Airlangga menambahkan, program bantuan korporasi dialirkan melalui lembaga perbankan.
“Pada tahun sebelumnya dana dukungan untuk korporasi diberikan kepada BUMN. Semuanya bisa terserap 100%. Terkait dengan dukungan korporasi swasta tahun ini, penempatan dana ditempatkan di lembaga perbankan. Penggunaannya bisa melalui perbankan. Tahun ini fasilitas perbankan untuk kredit akan didorong melalui modal kerja dan penambahan modal,” lanjut Airlangga.
Meski fokus kepada korporasi swasta, pemerintah pun tetap mengalokasikan Penyertaan Modal Negara (PMN). Dana ini akan diberikan kepada BUMN, LPEI, dan LPI dengan besaran Rp58,76 Triliun. Adapun bentuk penempatan dana sebesar Rp66,99 Triliun, selain dukungan lain senilai Rp3,27 Triliun. Airlangga mengatakan, skema pembiayaan baru tetap disiapkan pemerintah.
“Skema pembiayaan baru tetap disiapkan oleh pemerintah. Hal ini guna merespon geliat ekonomi global yang pulih sekaligus pemintaan ekspor. Permintaan produk Indonesia terus menguat. Kami beruntung karena neraca perdagangan sudah positif dan nilainya terbesar sejak 2011,” kata Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar.
Khusus mendukung ekspor, pemerintah bahkan sudah menyiapkan KUR dengan nominal Rp1 Triliun. Pun demikian dengan KUR di rentang Rp500 Miliar hingga Rp1 Triliun. Denyutnya positif apalagi target kucuran 103 juga bergerak positif. Airlangga juga menegaskan, pemerintah tetap mendorong geliat pasar domestik melalui akselerasi konsumsi masyarakat.
“Kami juga akan fokus kepada pemulihan daya beli masyarakat. Pasar domestik harus dipulihkan. Hal ini tentu akan sangat bagus. Sekarang yang terpenting adalah mendorong keberanian masyarakat agar mau membelanjakan uangnya kembali. Apalagi, pemerintah sudah memberikan insentif melalui pajak. Pajak yang dipotong diantaranya properti dan otomotif,” tegas Airlangga.(***)
324 total views, 1 views today